Kalimat talbiyah menggema bergemuruh di gedung aula SMAN 1 Sumenep. Saat itu, sejumlah 360 siswa dan siswa sedang dalam perjalan dari Arofah menuju Musdalafah. Semuanya menggunakan pakaian baju ihram serba putih. Kalimat talbiyah terus menggema dibacakan oleh seluruh siswa dan siswi.

Hal ini bukan peristiwa pelaksanaan ibadah haji di tanah Makkah. Tapi, kegiatan bimbingan (manasik) haji dan umroh yang dilaksanakan oleh Penelitian dan Pengembangan (Litbang) SMAN 1 Sumenep sebagai penanggungjawab program Diniyah. Kegiatan manasik haji dan umroh dilaksanakan pada hari Rabu (22/5/2024) di SMAN 1 Sumenep. Manasik di mulai dari pukul 08:00 sampai pukul 10:00 WIB.

Peserta manasik haji dan umroh adayseluruh siswa dan siswi fase F.IX sejumlah 360 siswa. Mereka dibimbing oleh pembimbing atau nara sumber ibadah haji dan umroh berpengalaman dari Kementerian Agama RI Kabupaten Sumenep yaitu K.H. Ishomuddin, M.Pd.

Sebelum dilakukan praktek ibadah haji dan umroh seluruh peserta dikumpulkan di depan sekolah untuk mendapatkan bimbingan dari nara sumber K.H. Ishomuddin. Seluruh siswa dan siswa dengan antusias menyimak penjelasan dari nara sumber didampingi oleh guru pengajar Diniyah.

“Rukun rukun dan haji sama. Bedanya adalah kalau haji wajib wukuf di arofah”. K.H. Ishomuddin menjelaskan secara detil tentang rukun pelaksanaan ibadah haji dan umroh.

Para siswa diberi penjelasan tentang pakaian ihram, bacaan niat, tempat membaca niat, hal-hal yang dilarang atau haram dilakukan selama ibadah umroh dan haji. Siswa juga diajari semua kegiatan yang wajib dilakukan dan bacaan yang harus dibaca selama pelaksanaan haji dan umroh seperti wukuf di Arofah, mabid di Mina, melempar jumroh, sa’i dari Sofa ke Marwa, tahallul (memotong rambut) sampai towaf mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali.

K.H. Ishomuddin membimbing langsung seluruh siswa dalam dalam kegiatan manasik ini. Mengajari siswa secara detil dan rinci terhadap seluruh pelaksanaan ibadah, tempat atau titik pelaksanaan dan juga bacaan yang harus dibaca. Termasuk juga hal yang haram dan halal untuk dilakukan oleh jamaah haji dan umroh.

“Jika melanggar aturan yang haram dilakukan seperti memotong kuku, memotong bulu di kulit, menikah, menikahkan, bersetubuh, membunuh binatang, maka jamaah haji atau umroh wajib membayar dam (denda) yaitu menyembelih satu ekor kambing.” K.H. Ishomuddin menjelaskan tentang hal haram atau yang dilarang dilakukan oleh jamaah haji dan umroh.

Agar manasik haji dan umroh memberikan pengalaman yang berkesan dan melekat pada siswa, maka kegiatan manasik turut dilengkapi dengan area khusus pelaksanaan Ibadah. Mulai dari tempat diawali membaca niat yaitu miqot, kemudian Juga dilengkapi dengan miniatur Ka’bah, hijir Ismail dan malam Ibrahim. Juga dilengkapi dengan bukit Arofah sebagai tempat wukuf, area Musdalifah sebagai tempat mabit, tembok jumarot sebagai tempat melempar jumroh, serta termasuk juga bukit Sofa dan Marwah sebagai lintasan Sa’i.

Koordinator Program Diniyah SMAN 1 Sumenep memberikan penjelasan panjang terkait pelaksanaan manasik haji dan umroh. Pak Darwis mengatakan bahwa kegiatan manasik haji dan umroh merupakan pendalaman dari pembelajaran Diniyah pada siswa fase F/XI.

“Selain diajari tentang teori peribadatan melalui kajian kitab klasik seperti Safinatunnajah, Bidayatul Hidayah dan Ta’limul Muata’alim, siswa diajak untuk mempraktekkan langsung kegiatan peribadatan. Kebetulan saat ini materinya adalah Bab Hsjindan dan Umroh”. Pak Darwis menjelaskan tentang praktek peribadatan program Diniyah yang diajarkan pada siswa yang dari kitab klasik khas pesantren.

Alumni pesantren Al – Amin Parenduan itu menambahkan bahwa SMAN Sumenep dalam penyelenggaraan pendidikan fokus pada tiga hal, yaitu riset, prestasi dan relijius. Sekolah selalu dan terus mendukung seluruh kegiatan yang bertujuan pada terwujudnya dan tercapainya tiga hal tersebut.

Guru agama yang sekaligus menjabat sebagai asisten kurikulum itu menuturkan bahwa sekolah memberikan bimbingan dan secara intensif agar siswa berprestasi baik akademik maupun non akademik. Sekolah juga membentuk Tim literasi dan riset memfasilitasi siswa yang menyukai dunia eksplorasi ilmu pengetahuan atau riset. Dan terakhir, untuk mencapai visi relijius sekolah membuka kelas dan tahfidz, program Diniyah, ekskul tahfidz dan kajian kitab kuning.

“Agama adalah benteng bagi anak-anak untuk menjaga agar terselamatkan dari hal negatif yang secara intens dan masif mempengaruhi dirinya untuk merusak karakter”. Pak Darwis mengungkapkan pentingnya pembelajaran agama seraya mengakhiri wawancara on-line-nya melalui aplikasi WhatsApp.[Syafiuddin Syarif]

Leave a Comment