Totto Chan dan Pak Guru Musa’id (Program Guru Tamu “Belajar Langsung pada Ahlinya”)
Kurikulum merdeka memberikan keleluasaan kepada guru untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang menarik, kekinian dan berorientasi pada aktivitas belajar peserta didik. Tentunya dibutuhkan seorang guru yang kreatif, inovatif dan berkeinginan kuat untuk memberikan layanan pendidikan dalam bentuk atau model pembelajaran yang bisa meningkatkan minat dan semangat belajar peserta didik. Dengan berbagai strategi yang dirancang dan disiapkan menciptakan pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar yang menyentuh dan tertanam dalam diri peserta didik.
Pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Bahasa Indonesia Fase E (kelas XI) peserta didik belajar tentang sumber pangan lokal. Pangan lokal yang ada di berbagai daerah di Indonesia yang potensial dan bisa dimanfaatkan serta bisa dibudidayakan sebagai sumber pangan. Tanpa terkecuali Madura dan Kabupaten Sumenep juga memiliki sumber pangan lokal cukup banyak yang bisa dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai pangan alternatif juga untuk menciptakan variasi sumber pangan masyarakat.
Seluruh negara di dunia termasuk negara Indonesia saat ini dihadapkan pada masalah besar, yaitu ketergantungan yang tinggi terhadap beras. Populasi manusia di bumi semakin tinggi, sedangkan produktivitas beras setiap tahun cenderung menurun disebabkan konversi lahan pertanian ke perindustrian dan permukiman penduduk. Selain itu, kebiasaan mengonsumsi beras secara terus-menerus dalam jumlah besar menjadi masalah bagi kesehatan, yaitu resiko menderita penyakit obesitas dan diabetes. Untuk itu perlu dicari solusi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada beras serta pararel dengan upaya menciptakan pola hidup sehat.
Masyarakat Madura khususnya Sumenep memiliki kekayaan sumber pangan lokal yang sangat potensial untuk dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai solusi alternatif memotong ketergantungan pada beras. Sumber pangan lokal tersebut diantaranya jagung, singkong, ubi, ketela rambat (telo), sukun dan talas (anak bentol). Juga ada klenteng (anak ubi), Garut (serut) dan juga sorgum (bulir). Semua pangan lokal tersebut sangat potensial dalam produksi dan pengembangan (pembudidayaan) di Sumenep.
Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan berkesan bagi peserta didik, maka dilakukan kerjasama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Sumenep. Kerjasama tersebut bernama “Belajar Langsung pada Ahlinya”. Sebuah program berbentuk guru tamu dengan mendatangkan seorang ahli pada bidang tertentu, dalam hal ini ahli di bidang sumber pangan lokal. Ahli tersebut diundang datang ke sekolah dan masuk ke kelas untuk belajar bersama dengan peserta didik menyampaikan informasi segala hal terkait sumber pangan lokal Sumenep.
Seorang ahli sumber pangan lokal yang diundang datang untuk menjadi guru tamu adalah Bapak Musa’id. Beliau adalah kepala seksi (kasi) Distribusi dan Ketahanan Pangan pada Dinas Ketahan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Sumenep. Dihadapan peserta didik Pak Guru Musa’id menyampaikan tentang berbagai sumber pangan lokal Sumenep, sentra produksi, dan pemanfaatannya sebagai sumber pangan alternatif pengganti beras.
Pak Guru Musa’id menunjukkan kepada peserta didik tentang bentuk atau wujud dari berbagai sumber pangan lokal. Terkadang nama dan penyebutan Bahasa Madura terhadap pangan lokal jauh berbeda dengan Bahasa Indonesia dan berbagai daerah lainnya. Untuk itu Pak Guru Musa’id menjelaskan secara rinci disertai gambar yang ditampilkan pada layar proyektor. Pak guru Musa’id juga menjelaskan cara mengolah sumber pangan lokal yang aman untuk dikonsumsi. Tak lupa pula membawa contoh produk olahan atau makanan dari sumber pangan lokal.
Yang unik, ada sumber pangan lokal yang nama dan wujudnya sama sekali tidak diketahui oleh peserta didik. Pangan tersebut adalah garut (larut), klenteng (buah ubi jalar) dan sorgum (bulir). Pak guru Musa’id menjelaskan bahwa garut (serut) sejatinya tumbuhan liar yang potensial menjadi sumber pangan sebab mudah hidup tanpa prewatan khusus. Garut (serut) memiliki manfaat yang telah diakui dunia medis, yaitu sagu dari garut (serut) sangat ampuh mengobati penyakit thypus. Sagu garut (serut) dimasak dijadikan bubur, selanjutnya bubur sagu garut tersebut dikonsumsi atau dimakan oleh penderita thypus.
Sumber pangan lokal lain yang istimewa adalah ubi. Pak Guru Musa’id juga menerangkan bahwa satu lagi sumber pangan lokal yaitu ubi, telah diakui oleh dunia medis bisa dijadikan sebagai makanan mengobati penderita sakit maag (gangguan pencernaan). Kandungan nutrisi tertentu dan seratnya yang halus dalam ubi bisa mengatasi gangguan pencernaan akibat terlambat makan. Semacam menyimpang nutrisi cadangan yang bisa disuplai pada bagian pencernaan dalam waktu lebih lama, sehingga pencernaan tetap terisi makanan.
Berdasar penjelasan Pak guru Musa’id ternyata semua jenis sumber pangan lokal Sumenep banyak memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Sumber pangan lokal dengan karbohidrat sangat tinggi sangat potensial sebagai solusi alternatif mengurangi ketergantungan terhadap beras. Pak Musa’id menyampaikan gambaran simulasi bahwa sarapan pagi bisa mengonsumsi pangan lokal, sedangkan makan siang dan malam mengonsumsi pangan beras. Cara sederhana ini bisa mengurangi ketergantungan pada beras, juga mengurangi terhadap konsumsi beras. Akhirnya, bisa mengurangi terhadap resiko menderita penyakit obesitas dan diabetes.
Peserta didik mengikuti program “Belajar Langsung pada Ahlinya” dengan sangat antusias. Mereka menyimak dan memperhatikan tayangan informasi pada tampilan layar proyektor. Sebelum akhir pembelajaran Pak guru Musa’id mengajak diskusi peserta didik dengan tanya jawab. Peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan yang dijawab yang dijawab langsung oleh Pak guru Musa’id.
Pada akhir kegiatan pembelajaran Pak guru Musa’id beserta tim dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian memberikan contoh panganan hasil olahan dari sumber pangan lokal yang telah dijelaskan dari awal. Ada gethuk, mommo dan lemit yang ketiganya merupakan olahan dari sumber pangan lokal singkong. Juga ada kue kering serpot yang terbuat dari sagu garut (serut). Terdapat pula kue donat dari ketela rambat (telo). Serta ada talas dan klenteng (buah ubi) rebus. Semua panganan dari sumber pangan lokal itu disajikan kepada seluruh peserta didik untuk dimakan. Seluruh peserta didik merasakan kenikmatan dan sensasi rasa berbeda dari olahan sumber pangan lokal Sumenep.
Pak guru Musa’id menyampaikan tentang keberhasilan ketahanan pangan di Kabupaten Sumenep yang diakui secara nasional serta mendapatkan penghargaan dari presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2011. Sebuah inovasi pangan dari sumber pangan lokal berhasil diciptakan oleh masyarakat pulau Kangean. Inovasi pangan tersebut bernama sangko’.
Sangko’ merupakan panganan berbentuk tepung yang terbuat dari singkong. Bahan dasar singkong dikupas kulitnya dan dibersihkan dengan air. Kemudian diparut dan diperas untuk menghilangkan saripati dan kandungan airnya. Parutan singkong yang sudah diperas kemudian dipadatkan dan dijemur. Setelah kering lalu ditumbuk sampai halus menjadi tepung dengan sistem ayak. Tepung singkong itu dikemas dalam wadah plastik dan disimpan dan sewaktu-waktu siap diolah untuk dikonsumsi.
Tepung sangko’ sangat bermanfaat bagi masyarakat pulau Kangean sebagai pangan saat musim penghujan. Sebab pasokan beras dari kebupaten Sumenep menuju pulau Kangean terhambat oleh kendala ombak yang sangat besar dan sangat membahayakan terhadap pelayaran. Saat dalam keadaan kekurangan pasokan beras masyarakat pulau Kangean mengonsumsi sangko’. Dengan sangko’ masyarakat di pulau Kangean tetap terpenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan tidak ada rasa takut terhadap ancaman pangan berupa kekurangan pangan dan lainnya.
Selain itu, sangko’ juga menjadi bekal para pelaut dan nelayan pulau Kangean yang berhari- hari berada di tengah lautan untuk menangkap ikan atau perniagaan. Sangko’ yang harganya lebih murah dari pada beras serta lebih mudah didapatkan menjadi alternatif pangan pengganti beras bagi masyarakat pulau Kangean yang hidup berlayar di lautan. Dengan inovasi pangan lokal sangko’ masyarakat di kabupaten Sumenep khususnya pulau Kangean terpenuhi kebutuhan pangannya baik saat berada di rumah atau saat pergi berlayar dalam waktu lama di lautan. Sehingga tercipta ketahanan pangan di Tengah masyarakat dengan memanfaatkan sumber pangan lokal.
Tujuan dari program “Belajar Langsung dari Ahlinya” tentang Sumber Pangan Lokal dengan mendatangkan guru tamu dari Dinas Ketahanan Panganan dan Pertanian Kabupaten Sumenep untuk menciptakan ketahanan pangan. Mengurangi ketergantungan pada beras dengan memanfaatkan dan mengembangkan sumber pangan lokal yang cukup banyak di Sumenep. Dengan demikian, program membangun ketahanan pangan Pemerintah Kabupaten Sumenep bisa tercapai.
Di negara Jepang sebelum hancur oleh bom atom terdapat sebuah sekolah dengan nama Tomoe Gakuen. Sekolah ini berbeda dengan sekolah biasanya di Jepang. Sekolah Tomoe Gakuen lebih memberikan kebebasan kepada peserta didikk. Pembelajaran yang diselenggarakan banyak menggunakan model pembelajaran yang saat ini dianggap modern, seperti learning by doing, contextual teaching dan lainnya. Sebagai kepala sekolah sekaligus juga guru adalah Kobayashi sensei (Guru Kobayashi). Diantara beberapa peserta didik ada satu yang bernama Totton Chan.
Totto Chan merupakan anak spesial. Dia merupakan pindahan dari satu sekolah yang telah tidak sanggup mendidiknya lagi akibat ulahnya yang sering mengganggu konsentrasi dan ketenangan beljar di kelas. Oleh kepala sekolah orang tuanya dipanggil dan disarankan agar memindahkan Totto Chan ke sekolah lain. Akhirnya ibu Totto Chan memasukkan Totto Chan ke Tomoe Gakuen.
Tomoe Gakuen merupakan sekolah tanpa gedung. Ruang kelasnya merupakan sisa gerbong kereta api yang telah tidak dipakai. Oleh Kobayashi Sensei (kepala sekolah sekaligus guru) gerbong itu disulap menjadi ruang kelas yang nyaman dan mengasikkan untuk belajar. Peserta didik di Tomoe Gakuen menikmati suasana belajar dengan sensasi menaiki kereta api.
Pada sebuah pembelajaran tentang bercocok tanam Kobayashi sensei mendatangkan seorang ahli bidang pertanian untuk menjadi guru. Seorang petani diundang datang ke sekolah mengajari Totto Chan dan teman-teman tentang menanam dan merawat tanaman. Peserta didik melakukan langsung terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru yang seorang petani. Totto Chan dan teman-teman menanam tanaman, memberi pupuk dan menyiram tanaman serta merawat seperti yang diajarkan langsung oleh guru petani.
Model pembelajaran langsung melakukan sangat berkesan dan memberikan pengalaman bagi Totto Chan dan teman-teman. Tomoe Gakuen menjadi lembaga pendidikan yang berpengaruh dalam pembentukan sikap dan karakter seluruh peserta didik. Guru yang kreatif, inovatif, berdedikasi serta pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum yang fleksibel menjadikan Tomoe Gakuen sangat berkesan bagi seluruh peserta didik.
Salah satu peserta didik di Tomoe Gakuen bernama Tetsuko Kuroyanagi menuliskan pengalaman belajarnya dalam sebuah novel. Novel itu berjudul Totto Chan Gadis Cilik di Jendela. Diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa negara di dunia termasuk Indonesia, serta bertahun-tahun menjadi buku bacaan wajib di Jepang.
Akhirnya, Tomoe Gakuen yang dibangun pada tahun 1937 dari sisa gerbong kereta api itu hancur akibat bom Amerika pada Perang Pasifik 1945. Karena Jepang telah hancur, sangat sulit bagi Kobayashi sensei membangun kembali Tomoe Gakuen. Novel Totto Chan Gadis Cilik di Jendela merupakan penghargaan murid bernama Tetsuko Kuroyanagi atas model pendidikan yang digagas oleh Kobayashi sensei di Tomoe Gakuen tempat ia belajar dengan riang gembira bersama teman-temannya.
Teknologi pembelajaran sangat penting digali dan digiatkan oleh para guru untuk menciptakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Teknologi pembelajaran diharapkan bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, bervariasi, membangkitkan minat dan motivasi serta berkesan dan menarik terhadap peserta didik. Menghadirkan guru tamu ke ruang kelas untuk belajar bersama dengan peserta didik perlu diupayakan oleh guru agar peserta didik mendapatkan suasana baru, lebih bersemangat serta lebih tertantang dalam belajar. Kurikulum merdeka memberikan ruang sangat luas kepada guru dan sekolah untuk berkreasi dan berinovasi dalam memberikan layanan pendidikan terhadap peserta didik khususnya dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Sejatinya, guru kreatif dan inovatif adalah garda terdepan dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
Syafiuddin Syarif. Pegiat riset, guru di SMAN 1 Sumenep.